Wednesday, February 20, 2013

INTENSIFIKASI PERTANIAN : Pertanian Indonesia


Kegiatan pertanian sering dituduh menjadi penyebab menurunnya biodiversitas baik di atas dan di dalam tanah, sehingga hal tersebut diduga menyebabkan produksi pangan dan layanan lingkungan menurun seperti penyediaan air bersih, penyediaan habitat bagi fauna dan flora liar, dan kesehatan manusia. Di lain pihak, kebutuhan pangan di Indonesia terus meningkat karena jumlah penduduk yang terus meningkat dengan cepat.
Pada tahun 2000, jumlah penduduk Indonesia adalah 203.406.005 orang (BPS, 2000), dengan peningkatan pertahun rata-rata 1,5 % untuk periode 1990- 2000. Sementara peningkatan produksi pertanian di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1.3 % setiap tahunnya (Simatupang et al., 1995), dengan demikian produksi yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan pangan, pemerintah menggunakan 2 strategi dasar yaitu melalui peningkatan pendayagunaan lahan pertanian yang telah ada (intensifikasi), dan melalui perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi).
Pelaksanaan kedua strategi tersebut membutuhkan pemahaman SDM yang memadai agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Akhir-akhir ini telah banyak dilaporkan dan diperdebatkan bahwa banyak fungsi ekologi hutan telah hilang, yang ditandai dengan sering terjadi bencana banjir, longsor, penurunan kualitas air, kebakaran dan polusi udara. Salah satu pemicunya adalah menurunnya biodiversitas, maka jaringan kerja internasional Millenium Ecosystem Assessment, MEA (2005) meletakkan aspek biodiversitas tanaman dalam salah satu agenda kerja utama yang perlu segera ditangani.
Kajiannya terutama dikaitkan dengan masalah perubahan global, peningkatan dan pemanfaatan layanan lingkungan yang bermanfaat bagi kehidupan (penyediaan pangan, penyediaan air bersih), budaya (spiritual, inspirasi dan pendidikan), dan sarana penunjang (pembentukan tanah, siklus hara) serta regulasi (regulasi iklim, regulasi air, regulasi hama dan penyakit dsb). Dampak berkurangnya biodiversitas tanah terhadap layanan lingkungan dan produktivitas tanaman serta upaya mempertahankan biodiversitas pada berbagai skala (lahan, bentang lahan, regional, global) telah sering dibicarakan pada berbagai level, namun pelaksanaan dan implementasinya masih kurang mendapat perhatian yang serius (Van Noordwijk dan Swift, 1999; Jackson et.al., 2005).
Hal tersebut dikarenakan tingkat pemahaman masyarakat akan keuntungan yang diperoleh dari usaha konservasi biodiversitas masih belum memadai. Guna meningkatkan pemahaman masyarakat dan dukungan pengambil kebijakan akan pentingnya dan manfaat biodiversitas dalam usaha pertanian, maka sejak 1991 kelompok peneliti internasional dari berbagai disiplin ilmu membentuk jaringan kerja bernama “Agro- Biodiversity”ataudisingkat “Diversitas” (http:// www.diversitas-international.org /cross_agriculture .html);
Mempunyai 3 kegiatan utama, yaitu:
a.    Menentukan faktor-faktor yang dapat me- ningkatkan biodiversitas pada lahan pertanian di tingkat bentang lahan serta mengantisipasi adanya dampak perubahan sosial dan ling- kungan (bioDISCOVERY)
b.    Memanfaatkan biodiversitas pada lahan- lahan pertanian untuk meningkatkan layanan dan produksi lingkungan (ecosystem goods and services atau disingkat ecoSERVICES)
c.    Meyakinkan masyarakat untuk mendukung pemanfaatan biodiversitas untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan dan berbagi ke- untungan dari hasil konservasi agrobio- diversitas secara adil (bioSUSTAINA- BILITY)